Senin, 31 Agustus 2009

Emotional Resonance




April 24, 2008, 4:07 am; The time I wrote this article...

Kemampuan berkomunikasi bukanlah hanya kemampuan agar orang lain mengerti sepenuhnya akan apa yang kita sampaikan; Kemampuan berkomunikasi juga meliputi kemampuan membuat orang lain mengerti tanpa suatu penyampain …

Tak terasa sudah beberapa bulan magang di DJKN. Empat tempat magang telah “dijamah”. Bulan pertama di Bagian Keuangan Kantor Pusat, bulan kedua di Kantor Operasional KPKNL Jakarta IV, bulan ketiga di Direktorat BMN II dan bulan kelima hingga sekarang di TU Dirjen. Setiap tempat memiliki karakter masing-masing, baik atmosfer, beban pekerjaan dan pegawai-pegawainya. Namun apabila harus memilih mungkin tempat terakhir adalah tempat yang paling berkesan. Salah satu faktor mungkin karena magang di TU Dirjen ini adalah magang terlama dan tanpa bermaksud over-confidence, tempat ini merupakan tempat penempatan pada nantinya.

Banyak hal yang bisa diceritakan dari tempat ini. Dan tidak akan cukup beberapa lembar tulisan mengakomodirnya. Satu hal yang pegin disampaikan adalah mengenai cara berkomunikasi para pimpinan.

Semakin berada di atas, semakin kencang juga angin bertiup; seperti itu jualah kondisi jabatan. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin besar juga burden dan pressurenya. Seiring berjalannya waktu dan dengan semakin banyaknya rapat pimpinan diikuti, circumstance ini semakin terasa. Setiap pimpinan pasti memiliki target dan responsibility terhadap atasannya dan otomatis target dan kewajiban tersebut akan menciptakan beban baik secara institusional maupun personal. Suka tidak suka pimpinan tersebut pasti dan akan merasakan beban. Permasalahannya adalah bagaimana pendistribusian beban (burden-sharing) tersebut dari pimpinan ke bawahan?

Ada beberapa tipe pemimpin dalam hal ini. Ada pemimpin yang menahan beban tersebut secara personal sehingga bawahannya hanya mendapat beban secara institusional (tupoksi masing-masing). Ada juga pemimpin yang langsung mendistribusikan ke bawah tanpa tedeng aling-aling dan ada juga pemimpin yang mendistribusikan secara proposional. Tentu sosok pemimpin ketiga inilah yang kita harapkan bersama.

Masih terbias dalam ingatan pada salah satu kepanitiaan di masa kuliah dimana penulis menjadi Steering Committee dan Komisaris adalah senior yang sudah menjadi pegawai. Pada salah satu rapat dimana panitia melakukan kesalahan, senior ini membentak dengan keras, mengeluarkan kata-kata kotor -sekotor pikiran dan tampangnya-, menceritakan beban yang dialaminya terhadap atasan dikarenakan kepanitiaan ini. Miris melihatnya. Pada saat itu terbayang betapa beban di tempat kerja sangatlah besar sehingga seseorang bisa loss control seperti itu.

Apakah harus seperti itu? I’m surely declaring no! Seorang pemimpin bukanlah seperti transistor yang menghantarkan listrik dengan hambatan yang kecil. Idealnya seorang pemimpin harus bisa menerima beban tugasnya dan mengolahnya lalu menghantarkannya ke bawahan secara bijak dan proposional.

Mau tidak mau, cepat atau lambat, beban harus didistribusikan oleh pimpinan ke bawahan. Selain pertimbangan personal juga ada pertimbangan komunal di sini. Bawahan perlu dan sangat perlu mendapatkan sebuah beban atas tugasnya dan tugas pimpinannya agar setiap bawahan memiliki sense of responsibility yang cukup untuk mau berjibaku menyelesaikan tugas-tugas itu atau paling tidak ikut memikirkannya.

Komunikasi adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan di sini. Diperlukan sebuah soft skill dari seorang pimpinan untuk mengikutsertakan bawahan merasakan beban yang ada. Ada beberapa tipe komunikasi yang coba saya kategorikan yaitu direct communication, indirect communication dan terakhir advance communication.

Direct communication adalah tipe komunikasi yang mencoba menghantarkan langsung sesuatu maksud kepada bawahan. Contohnya adalah seperti cerita di atas dimana ada seorang senior menggambarkan bebannya kepada bawahan. Ada dua kemungkinan tipe komunikasi ini digunakan, yaitu dalam kondisi bawahan tidak bisa diajak bekerjasama (non-cooperatif employee), dlm kondisi ketidakmatangan pimpinan atau gabungan kedua kondisi tersebut.

Indirect communication adalah cara mengkomunikasikan sesuatu kepada bawahan dengan tidak mengatakan secara langsung. Biasanya tipe komunikasi seperti ini digunakan pada lingkungan pegawai yang responsive ditambah dengan pimpinan yang berpengalaman. Pimpinan biasanya tidak menyampaikan maksud secara to the point tapi mengatakan dengan cara lain yang lebih soft.

Tipe terakhir adalah advance level of communication. Suatu cara seorang pimpinan untuk menyampaikan maksud tanpa sebuah penyampaian. Umumnya, pimpinan dengan karakter yang matang dan kuat lah yang dapat melakukannya. Suatu kemampuan yang mampu menciptakan self atmosphere sehingga lingkungan sekitar mampu merasakan apa yang dirasakan termasuk beban yang dialami. Tanpa disadari, atmosfer tersebut akan mendorong bawahan untuk ikut memikirkan dan berusaha memberi kontribusi yang meringankan dan menyelesaikan.

Seorang pimpinan pada highest level seharusnya memiliki kemampuan komunikasi tipe ketiga. Kemampuan ini diperlukan untuk menjamin semua bawahan bergerak bersama men-support pimpinan tersebut. Perlu disadari, seorang pimpinan pada highest level membahawi leader-leader lainnya (middle to higher level) dan bawahan tipe seperti ini adalah umumnya bawahan yang sudah responsive dan berpengalaman. Bawahan seperti ini pada umumnya memiliki kepekaan yang cukup tinggi untuk merasakan atmosfer sekelilingnya dan ikut merasakan beban yang dialami atasannya. Namun, semakin tinggi kemampuan dan posisi seseorang, semakin tinggi ekspektasi yang dimiliki. Diperlukan special treatment yang cukup untuk berkomunikasi dengan bawahan pada level seperti ini. Oleh karena itu, pimpinan pada highest level tidaklah tepat menggunakan tipe komunikasi pertama karena akan menimbulkan reluctance dari bawahan. Tipe komunikasi yang sebaiknya digunakan adalah tipe kedua dan ketiga.

Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa merasakan kesusahan bawahannya; karena dengan cara itulah beban yang dia miliki dapat dirasakan oleh bawahan…

Feel what others feel is will make others fell what we feel is

Emotional Resonance…

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Advance Communication (AC)...
baru tau wan...yg aku tau itu ya...direct & indirect itu...thanks y wan...penjelasannya mengenai AC bener2 mantap...