Selasa, 02 September 2008

1st Night of Ramadhan

Akhirnya Ramadhan dating juga. Dan malam ini adalah malam pertama bulan Ramadhan yang ditandai dengan ibadah khas bulan ini, Shalat Tarawih. Ada kerinduan yang cukup tebal untuk menjalankan ibadah ini..
Banyak moment yang mengantarkan bulan Ramadhan ini sehingga bisa dibilang Ramadhan tahun ini cukup outstanding dibandingkan sebelumnya. Ramadhan tahun ini merupakan ramadhan dengan status diri sebagai pegawai, ramadhan pertama dengan status diri jomblo, ramadhan pertama dengan pengerdilan komunitas inti, yup istilah yang terbersit dan cukup mewakili..
<<~~more~~>>
Tadi siang baru nganterin manis ke bandara. Dia menuju daerah penempatannya, Tanjung Balai Karimun. Adegan perpisahan yang menyedihkan dan cukup menyayat hati seperti biasa mengiringi perpisahan. Hiks..hiks.. kasihan Laura. Kemarennya, tepatnya Sabtu Sore, Jalu yang pergi dari Jakarta menuju Denpasar, tempat pengabdian yang baru. Namun saying, kami tidak seberuntung itu. Karena satu dan lain hal, kami terlambat dan nggak bisa ketemu Jalu. Kami -aku, Marwan, Utar dan Aci- hanya bisa merutuki nasib. Yah nasib memang terjadi dari pilinan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Keterlambatan dan ketidakberanian Jalu mengambil resiko menunggu kami di pintu luar menyebabkan kondisi ini terjadi. Yah, kasihan kami, Jalu dan tentu Aci. Air mata bergulir dengan cara yang cukup aneh menurutku, bagai air yang dilepas sumbatnya dengan tekanan yang cukup besar, pressure karena sadar akan kenyataan berpisah dengan Jalu dan kenyataan tidak ada last moment yang bisa dikenang..Aku turut berduka cita Aci. Aku juga berandil dalam musibah ini karena aku mkan lama kita jadi telat berangkat… Yah semoga semua kejadian dapat memberi makna yang cukup untuk setiap pihak yang mau berpikir..
Balik lagi ke Ramadhan…tanpa bermaksud sok2an atau apa, aku benar2 rindu dengan bulan ini. Semoga kerinduan ini dapat menjadi sumber energy agar aku dapat melalui bulan ini dengan baik dan optimal. Tekadku, this Ramadhan will be starting turning point to be better and the best. Amien..
Lain padang lain belalang, lain musholla/ mesjid lain juga cara beribadah tarawihnya. Ada style2 berbeda yang jelas kurasakan antara musholla/ mesjid di Banjarmasin, Malang, dan Jakarta. Nggak tahu kenapa, tapi itu terjadi. Apakah perbedaan itu dapat ditoleransi karena masih dalam ruang lingkup ibadah yang bisa ditafsirkan secara fleksibel? Aku g tahu. Aku bukanlah orang yang memiliki kapasitas cukup untuk bisa menjawabnya.Tapi yang pasti ada beberapa poin pelaksanaan tarawih di malam pertama ini yang aku g setuju. Dari dzikir dengan keras, sholat dengan ngebut karena kualitas sholat ditukar dengan kuantitas rakaat, dsb. Wallahualam.
Satu hal yang pasti, Perbaikan pasti terjadi…

Tidak ada komentar: